Apa yang anda bayangkan saat mendengar
istilah lensa tele untuk kamera DSLR? Mungkin anda akan terbayang pada
lensa besar dan berat seperti yang biasa dipakai para profesional.
Sebenarnya apa bedanya lensa tele di kamera saku dan kamera DSLR?
Mengapa kamera saku bisa punya lensa yang demikian panjang namun
ukurannya kecil, sementara lensa tele untuk kamera DSLR punya rentang
fokal yang tampak biasa saja namun ukurannya (dan harganya) luar biasa?
Apa saja kiat-kiat memotret memakai lensa tele? Simak semuanya di
tulisan kali ini.
Lensa tele bisa diartikan lensa yang
memiliki panjang fokal yang mampu menjangkau bidang gambar yang jauh
dari kamera. Manfaatnya tentu jelas, kita bisa memotret sesuatu tanpa
kita harus mendekat, seperti saat memotret konser, satwa liar atau event
olah raga. Selain itu, bila lensa wide punya angle-of-view
lebar sehingga kita bisa memasukkan objek dan lingkungan sekitarnya,
maka lensa tele justru sebaliknya. Dengan lensa tele, berkat kemampuan
pembesaran lensanya, kita seakan dimudahkan untuk mengisolasi objek dari
lingkungannya. Untuk itu lensa tele juga kadang digunakan sebagai lensa
potret yang bisa membuat isolasi objek dengan latar blur. Pada dasarnya
lensa tele itu memiliki panjang fokal tertentu (seperti 200mm, 300mm
dsb) yang mewakili angle-of-view tertentu juga. Semakin panjang
fokal lensanya maka semakin sempit area yang dicover dan semakin tinggi
pula kemampuan pembesaran lensa tersebut. Namun kita lebih terbiasa dan
lebih menyukai lensa tele masa kini yang mempunyai panjang fokal yang
bervariasi, atau biasa disebut lensa tele zoom. Contohnya seperti lensa
70-200mm, 100-300mm atau 200-400mm. Untuk itu, istilah lensa tele yang
saya pakai di artikel kali ini adalah lensa tele zoom / variabel fokal.
Kamera saku memiliki lensa zoom yang
dianggap mencukupi untuk mengakomodasi kebutuhan wide hingga tele
sehari-hari. Sebuah kamera saku 3x zoom optik pun dianggap sudah
mewakili tiga kebutuhan : wide (biasanya 28-35mm) untuk landscape dan arsitektur, normal (50mm) untuk potret dan tele
(100mm atau lebih) untuk kebutuhan tele-fotografi. Sebuah kamera saku
modern bahkan punya kemampuan tele yang tinggi hingga 300mm dalam ukuran
yang kompak dan kecil. Hal ini dimungkinkan karena pada kamera saku,
sensor yang dipakai berukuran kecil sehingga tidak diperlukan lensa
berdiameter besar. Maka itu lensa pada kamera saku bisa dibuat dengan
diameter kecil dan otomatis ukurannya pun menjadi kecil. Selain itu
lensa berukuran kecil lebih murah dalam proses produksinya sehingga
wajar bila ada sebuah kamera saku yang berlensa 28-300mm dijual seharga 4
juta.
Pada kamera DSLR, pilihan lensa tele
bervariasi tergantung kebutuhan akan rentang tele-nya. Begitu banyak
macam lensa tele di pasaran dengan spesifikasi dan harga yang amat
bervariasi, membuat kita terkadang bingung saat ingin menjatuhkan
pilihan. Untuk itu kali ini kita akan mengenali lebih jauh mengenai
lensa tele dan tips pemakaiannya.
Pertama dan utama, kenali dulu tipikal
atau gaya memotret anda. Bila anda menyukai memotret sesuatu dari
kejauhan, atau senang mengisolasi objek sehingga tiap orang yang melihat
foto anda akan langsung tertuju pada objek tersebut, tentu lensa tele
adalah pilihan yang tepat. Selanjutnya kenali dulu peralatan lensa yang
sudah anda punyai. Adalah kurang tepat bila anda ingin memiliki lensa
tele namun saat ini anda belum punya lensa apapun. Lensa tele umumnya
dimiliki oleh seseorang yang minimal telah mempunyai sebuah lensa kit.
Setelah itu tentukan apakah anda perlu lensa tele yang bukaan konstan atau cukup dengan bukaan variabel
(bukaan diafragma yang tidak konstan). Anda tentu masih ingat, lensa
zoom bukaan variabel artinya semakin lensa itu di-zoom maka bukaan
maksimalnya akan semakin mengecil. Lensa semacam ini memungkinkan desain
yang lebih mudah dan ukuran lebih kecil daripada lensa tele zoom bukaan
konstan.
Bagaimana kita bisa tahu jenis lensa
manakah yang kita butuhkan? Idealnya, setiap lensa zoom itu memiliki
bukaan konstan sehingga di posisi fokal berapapun si diafragma lensa
akan mampu membuka dengan bukaan yang tetap sama. Ada dua macam lensa
tele bukaan konstan yang biasa ditemui yaitu lensa bukaan konstan besar
(f/2.8) yang mahal dan lensa bukaan konstan agak kecil (f/4) yang lebih
terjangkau. Sebagai contoh adalah lensa Nikon 70-200mm f/2.8 dan lensa
Canon 70-200mm f/4. Lensa dengan bukaan maksimum f/2.8 tentu mampu
memasukkan cahaya lebih banyak sehingga memungkinkan pemakaian shutter
yang lebih cepat dari lensa f/4. Selain itu lensa dengan bukaan lebih besar tentu bisa menghasilkan bokeh
yang lebih indah. Namun lensa bukaan konstan punya dimensi yang besar
dan bobot yang berat, karena kompleksnya susunan lensa di dalamnya.
Untuk itu bagi yang merasa ‘keberatan’ dengan harga dan bobot dari lensa
tele bukaan konstan, tersedia lensa bukaan variabel semisal 70-300mm
f/4.5-5.6 yang menandakan bukaan maksimum di 70mm adalah f/4.5 dan saat
300mm mengecil ke f/5.6. Lensa jenis ini amat populer karena harganya
yang relatif terjangkau dan ukurannya yang lebih kecil dibanding lensa
bukaan konstan. Maka itu pilihan tentu lebih diarahkan pada budget yang
ada dan seberapa mau kita memakai lensa yang besar dan berat. Ingat
kalau pada fokal yang sama, lensa bukaan variabel pun memiliki jangkauan
tele yang sama dengan lensa bukaan konstan.
Tentu saja memiliki lensa bukaan
variabel punya kompromi yang harus diterima, utamanya dalam hal
kemampuan lensa memasukkan cahaya. Harap diingat kalau lensa tele sangat memerlukan shutter cepat untuk mengkompesasi hand-shake supaya hasil foto tidak blur. Teorinya adalah satu per panjang fokal lensa, misal anda memakai lensa tele 300mm maka anda perlu perlu speed setidaknya 1/300 detik untuk
mencegah blur. Tidak mudah mendapat situasi ideal yang mampu membuat
kamera bisa memakai speed 1/300 detik, kecuali anda berada di luar
ruangan di saat siang hari bolong. Dengan bukaan maksimal yang hanya
berkisar di f/5.6 misalnya, di saat cahaya sedang kurang mencukupi,
shutter kamera akan drop sehingga rentan terjadi blur (padahal bila
memakai lensa f/2.8 maka shutter bisa dibuat lebih cepat). Untuk itu
kompromi yang harus diterima saat memakai lensa bukaan variabel adalah lensa tersebut kurang cocok dipakai di low-light.
Karena saat memakai lensa bukaan variabel, anda harus dapat banyak
cahaya untuk bisa mendapat shutter tinggi (biasanya siang hari), atau
anda boleh memaksakan memotret dengan cahaya kurang namun dengan resiko
blur.
Namun bagi pemilik lensa tele ekonomis
dengan bukaan variabel tidak perlu berkecil hati. Setidaknya ada tiga
hal yang bisa diupayakan untuk mengatasi dilema tersebut. Bahkan, tiga
hal ini tidak ada salahnya juga dilakukan oleh mereka yang memakai lensa
bukaan konstan, karena resiko blur karena hand-shake selalu ada meski memakai lensa apapun.
- Gunakan stabilizer. Inilah teknologi yang mampu mendeteksi getaran tangan dan mengkompensasinya sehingga kita bisa memotret dengan speed yang lebih rendah (hingga 3 stop). Maksudnya 3 stop begini : bila untuk mencegah blur anda sebelumnya perlu speed 1/200 detik tanpa IS, maka dengan IS anda bisa memotret tanpa blur dengan speed 1/100 detik (turun 1 stop) -> 1/50 detik (turun 2 stop)-> 1/25 detik (turun 3 stop). Stabilizer akan terasa manfaatnya terutama saat memakai lensa tele, dimana sebuah lensa 55-200mm tanpa stabilizer akan membuat pemakainya tidak PD saat memotret dengan speed dibawah 1/200 detik. Stabilizer di lensa (IS untuk Canon dan VR untuk Nikon) lebih efektif bila dibanding dengan stabilizer pada bodi (IS di Olympus, AS di Pentax dan Steady Shot di Sony) yang bekerja dengan menggerakkan sensor. Ingat juga kalau stabilizer hanya menolong mencegah blur karena getaran tangan dan bukan blur karena gerakan objek saat speed kurang tinggi.
- Gunakan ISO tinggi. Kamera DSLR punya kemampuan mengatasi noise yang baik di ISO tinggi, lalu mengapa takut memakai ISO tinggi? Kombinasi antara stabilizer dan ISO tinggi (bila perlu) sangat baik karena bisa didapat speed yang tinggi sehingga resiko blur dapat diminimalisir. Bila lensa tele anda (dan bodi DSLR anda) tidak terdapat sistem stabilizer, pemakaian ISO tinggi dapat diandalkan saat cahaya kurang mencukupi yang beresiko turunnya shutter speed.
- Gunakan tripod. Asesori satu ini bukan hanya milik pecinta landscape, namun juga pecinta tele-fotografi. Pertama, tripod akan mencegah getaran tangan saat memotret. Kedua, tripod bisa mencegah tangan menjadi pegal saat menopang lensa dengan berat beberapa kilogram. Dua manfaat sekaligus didapat dengan memakaitripod, sehingga hasil foto dengan lensa tele akan tajam dan menawan.
Jadi, memiliki lensa tele ekonomis dengan
bukaan variabel bukanlah sesuatu yang menghalangi kreativitas kita
selagi tahu kekurangan dan trik menyiasatinya. Apalagi karena harganya
yang murah, banyak orang yang sudah punya DSLR dengan lensa kit lantas
membeli lensa tele ini sebagai lensa keduanya. Bila anda pemakai Canon /
Nikon, hindari membeli lensa tele tanpa stabilizer
meski harganya sedikit lebih murah. Namun untuk para profesional yang
perlu kinerja lensa tele di segala kondisi pencahayaan, lensa bukaan
konstan f/2.8 yang besar, berat dan mahal mutlak perlu karena mereka
tidak boleh berkompromi dengan hal-hal diatas. Untuk para enthusiast,
hobby fotografi dan semi-pro, bisa memakai lensa tele bukaan konstan
f/4 yang lebih ekonomis dan lebih kecil dari lensa bukaan konstan f/2.8.
Baca Juga Yang ini :
Baca Juga Yang ini :
Baca Juga yang ini Sob...:
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Tulis Komentar, Kritik dan Saran Anda di Sini. Namun saya Mohon untuk tidak menggunakan komentar spam dan berkomentarlah yang sopan. Link aktif dari sumber lain yang ditulis pada kotak komentar akan saya Hapus. Terima kasih..